Zaman Paleolitikum: Awal Kehidupan Manusia dan Warisan Budayanya

Zaman Paleolitikum: Awal Kehidupan Manusia dan Warisan Budayanya

Zaman Paleolitikum, atau yang dikenal sebagai Zaman Batu Tua, merupakan salah satu fase awal dalam sejarah kehidupan manusia yang terjadi sekitar 600.000 tahun yang lalu. Periode ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan manusia purba karena mencerminkan pola hidup yang sangat bergantung pada alam dan penggunaan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu kasar.

Kehidupan Manusia di Zaman Paleolitikum

Manusia purba pada masa ini hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat. Mereka belum mengenal cara bercocok tanam, sehingga untuk bertahan hidup mereka mengandalkan kegiatan berburu hewan liar dan mengumpulkan makanan dari alam seperti buah-buahan, umbi-umbian, dan tumbuhan liar. Pola hidup ini dikenal sebagai food gathering.

Karena bergantung pada ketersediaan sumber daya alam, manusia purba akan meninggalkan suatu wilayah ketika persediaan makanan di tempat itu menipis, lalu berpindah ke daerah lain yang masih subur dan kaya akan hasil alam. Tempat tinggal mereka pun bersifat sementara, seringkali berupa gua atau tempat perlindungan alami.

Ciri-Ciri Zaman Paleolitikum

Beberapa karakteristik utama dari zaman Paleolitikum antara lain:

  • Penggunaan alat-alat yang terbuat dari batu kasar yang belum dihaluskan.

  • Gaya hidup nomaden, tidak menetap di satu tempat.

  • Cara hidup bergantung pada berburu dan meramu.

  • Hidup dalam kelompok kecil, biasanya untuk memudahkan mobilitas dan pembagian hasil buruan.

  • Munculnya dua kebudayaan penting, yaitu Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.

Warisan dan Peninggalan Budaya

Zaman Paleolitikum meninggalkan banyak artefak yang kini menjadi sumber informasi penting tentang kehidupan manusia purba. Secara umum, warisan budaya zaman ini dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan lokasi penemuannya, yakni Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.

Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan ini pertama kali ditemukan oleh arkeolog GHR von Koenigswald pada tahun 1935 di wilayah Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Artefak yang ditemukan umumnya berupa alat-alat dari batu dengan bentuk kasar dan sederhana. Beberapa peninggalan penting dari kebudayaan ini adalah:

  • Kapak genggam, digunakan untuk memotong kayu atau menyembelih hewan.

  • Kapak perimbas, berfungsi sebagai alat serba guna.

  • Alat serpih (flakes), yaitu pecahan batu kecil yang tajam.

Kebudayaan Ngandong

Berbeda dari Pacitan, kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Peninggalan yang ditemukan di wilayah ini tidak hanya berupa alat dari batu, tetapi juga dari tulang hewan dan tanduk rusa, menunjukkan perkembangan dalam pemanfaatan sumber daya yang lebih kompleks. Kebudayaan Ngandong menjadi bukti bahwa manusia purba mulai mengeksplorasi berbagai bahan alam untuk membuat alat bantu kehidupan.

Nanda Wijaya